JalanSemut - Orang Afrika asli semuanya berkulit hitam. Tapi banyak negara kulit putih yang serung di pandang melambangkan kencatikan ideal. Akibatnya banyak oerempuan Afrika melawan kodratnya, dan banyak dan banyak yang tenggelam dalam kegilaan mempercantik diri melalui kulit. Pasalnya demi memutihkan warna kulit, perempuan Afrika mengambil resiko terkena efek samping yang tidak menyenangkan termasuk penyakit kanker.
Lumpur merah sering digunakan perempuan pedesaan yang setelah manding keringan dan disengat panas matahari. Wajah, kecuali mulut dan mata, dipolesi lumpur merah yang diakui sebagai krim anti sengata matahari.
Krim yang terbuat dari tanah liat bermineral tinggi dan warna kuning pucat kemerah-merahan dicampur dengan air kemudian dipoleskan ke wajah seusai yang diajarkan ibunya. Dibanyak desa Afrika warganya yang miskin yang sering membuat sendiri barang barang kebutuhan pokok seperti suku Zulu di Afrika selatan, tapi meski tak pernah mengecap kemewahan tak sediki perempuan yang menganggap kecantikan adalah segalanya. Tak mengherankan jika upaya melindungi wajah sebisa mungkin dilakukan dari sengatan matahari. Pasalnya, wajah yang pertama dilihat laki-laki. kalau cantik dan kulitnya cermelang lebih berpeluang dilamar. Lebih dari itu suami atau ayah sekalipun ingin melihat istri dan putrinya sebagai perempuan yang dianggap cantik
bagi perempuan yang hidup berkecukupan atau kaya, rajin ke toko atau pusat pebelanjaan yang menjual berbagai jenis krim kecantikan. Kegilaan pada krim pemutih di Afrika jadi perhatian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mencatat sepertiga perempuan di Afrika dan negara-negara Asia menggunakan krim pemutih. Dinegeria jumlahnya mencapai 77Persen. Tak sedikit perempuan yang malah megaku menggunaka krim pemutih setiap hari selama 20 tahun. kebanyakan krim pemutih mengandung hydrochinon. Campuran kimia biasanya digunakan untuk mengelola citra negatif foto.